Contohtoleransi beragama seperti sikap menghormati pelaksanaan CeramahPidato. Ceramah. Khutbah; Pidato; Ceramah Ramadhan; Kultum; Doa Doa; Hijriah; Pendidikan; Resep; Search results for "ceramah tentang toleransi antar umat beragama" Ceramah Ramadhan Ceramah Ramadhan ke-25: Membangun Kerukunan & Toleransi Dalam masyarakat Indonesia yang Plural. By Esha Kertaradjasa 05/04/2019. Umatyang menjalankan ibadahnya juga menjaga tenggang rasa bagi umat agama lain. "Toleransi dan tenggang rasa secara timbal balik itu adalah kata kunci dari praktik moderasi dan kerukunan umat beragama di Indonesia," ujar Fachrul. Perayaan Natal akan jatuh pada Rabu, 25 Desember 2019. Misalnyadalam beragama. Kita sebagai umat muslim misalnya harus menghormati ibadah agama orang lain, tidak boleh mengganggu itu mencerminkan memiliki jiwa toleransi yang benar. Temanku yang saya hormati Kiranya cukup sekian pidato dari saya, apabila dari awal hingga akhir banyak kata maupun isi yang kurang berkenan saya mohon koreksi dan mohon Sekiandari pidato saya tentang toleransi antar agama. Semoga pidato ini dapat memberikan pesan kepada masing-masing dari kita untuk dapat mulai membentuk suasana hidup harmonis di dalam keberagaman agama di Indonesia. Sakitu wae tina biantara kuring ngeunaan toleransi antar umat beragama. Mudah-mudahan biantara ieu tiasa masihan pesan ka PidatoToleransi Antar Umat Beragama Telusuri. Cari Blog Ini Postingan. Menampilkan postingan dari 2018 Tunjukkan semua. Ada berbagai macam toleransi, namun pada kali ini saya akan membahas tentang toleransi antar umat beragama. Di Indonesia sudah ada 6 agama yang dianut oleh tiap warga Negara, bahkan pada bulan November kemarin diresmikan Adapun indikator lain tentang moderasi beragama yaitu kuncinya toleransi dan kerukunan, kementerian agama tengah mendorong penguatan moderasi beragama di Indonesia, beragama dapat dipahami sebagai cara pandang sikap dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah-tengah selalu bertindak adil dan tidak ekstrim dalam beragama. Halini seirama dengan tema Dialog Lintas Agama yaitu menjaga kerukunan antar umat beragama untuk memperteguh budaya toleransi dan gotong royong menuju Indonesia Bersatu. Alhamdulillah, dialog berlangsung hangat dan lancar, para peserta tampak begitu antusias dengan paparan materi dari narasumber, dan solusi atas kendala di lapangan pun mulai 1J8n3gK. Ilustrasi Isi Ceramah Ramadhan. Sumber beragama di Indonesia belum mencapai kata ideal. Hal tersebut terbukti dari masih banyaknya persoalan dan permasalahan tentang perbedaan agama dalam masyarakat kita. Tak jarang gesekan antar umat beragama berakhir di meja hijau. Bahkan isu sensitif mengenai orang yang berpindah agama masih menjadi kontroversi di media sosial. Nah, tema tersebut bisa menjadi isi ceramah Ramadhan tahun ini. Isi Ceramah Ramadhan Tahun 2022 tentang Toleransi Beragama Seperti yang dikutip dari laman keberagaman agama merupakan aset bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dirawat bersama. Indonesia secara resmi telah mengakui lima Agama yang berbeda, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha. Oleh karena itu, sudah sepatutnya bila setiap warga negara wajib menghormati dan menghargai pemeluk agama lain. Sikap untuk tidak saling membedakan, dan membebaskan umat agama lain agar bisa saling nyaman beribadah, adalah kunci terlaksananya toleransi beragama. Dalam Surat Al Kafirun Ayat 6 yang berbunyi, Lakum Dinukum Waliyadin dan diartikan sebagai, "Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku" sudah jelas tersurat bahwa tidak ada paksaan dalam memeluk Agama Islam. Bahkan Islam adalah agama yang sejuk dan pembawa kedamaian. Tentunya dibutuhkan toleransi beragama untuk dapat mewujudkan hal tersebut sebagaimana tujuan Islam sebagai Rahmatan Lil A'lamin atau agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Toleransi Beragama dalam Isi Ceramah Ramadhan. Sumber diartikan, Islam memerintahkan umatnya untuk bersikap toleran tasamuh, yaitu sikap saling menghormati di antara sesama mahluk. Islam juga mengakui adanya keyakinan di luar Islam, namun kita juga diperintahkan untuk tetap berbuat baik terhadap sesama walau berbeda Dwi Ananta Devi, yang dikutip dalam bukunya yang berjudul Toleransi Beragama, kesadaran umat yang tinggi untuk saling menghargai, akan menciptakan kehidupan yang tentram dan damai. Untuk itu, semoga isi ceramah Ramadhan di tahun 2022 ini, mampu membawa kita akan pemahaman lebih dalam mengenai toleransi dalam beragama, dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat sehari hari. Semoga saja bangsa Indonesia akan terus bersatu tanpa ada perpecahan. DK Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Bicara agama tentunya berbeda dengan beragama. Bicara agama bicara tentang iman dan amal. Bicara agama bicara tentang wilayah inti dan wilayah parsial. Bicara agama bicara tentang wilayah internum dan eksternum. Sedangkan bicara beragama adalah bicara pemeluk agama yang mengamalkan agamanya dengan lingkungan sekitarnya. Bicara moderasi beragama bicara tentang Indonesia adalah bangsa yang agamis, tapi bukan sebuah negara agama atau negara sekuler. Negara agama adalah ketika pemimpin suatu negara kemudian sekaligus pemimpin agama, sehingga negara ikut mengatur secara penuh urusan agama. Berbeda dengan negara sekuler, ketika negara tidak mencampuri urusan beragama sendiri, bukan negara agama maupun sekuler, masyarakat Indonesia adalah masyarakat agamis sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Negara menghormati dan menghargai implementasi setiap kehidupan keberagamaan yang ada selama tidak mengancam kepentingan umum dan negara. Bila merujuk kepada nilai-nilai luhur bangsa kita, maka Moderasi Beragama bukanlah sebuah pemikiran yang baru. Nilai-nilai moderasi beragama memang sudah ada sejak dulu kala, bahkan merupakan bagian dari nilai-nilai luhur bangsa ini. Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945 sudah mempunyai istilah atau diksi, Berketuhanan yang Berbudaya, misalnya. Ketika Bung Karno menginginkan ada sikap toleran dan saling menghargai antar umat beragama serta menghargai budaya sendiri. Beragama sesuai dengan budaya sendiri. Sebagai contoh, masalah berpakaian, muslim di Indonesia mempunyai kekhasannya menggunakan sarung dibandingkan jubah untuk menutupi aurat atau sebagai pakaian dalam buku "Kristen Muhammadiyah Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan", mengungkapkan bagaimana pentingnya memberikan hak pelajaran agama sesuai dengan agamanya, menghormati kepercayaan lain. Dikatakan juga, mencontoh kepada sesuatu yang memang baik dari pihak yang berbeda atau kompetitor sekalipun bukanlah sesuatu yang aib karena itu merupakan bagian dari pembelajaran, ada nilai-nilai kompetitif di situ. Berlomba-lomba untuk memberikan manfaat kepada sesama dan lingkup dari Moderasi Beragama yang disebut dengan wilayah inti, yaitu nilai-nilai universal kebaikan dan hati nurani, semua agama pastinya berpikiran sama. Sedangkan perbedaan-perbedaan yang ada itu dikatakan ada pada wilayah parsial, seperti masalah penafsiran akan hukum-hukum dan tata cara beribadah, Beragama tidak masuk ke ranah parsial tersebut, karena wilayah ini lebih mengedepankan sikap toleransi akan perbedaan yang ada. Perbedaan yang sifatnya hukum dan amalan ibadah, seperti perbedaan mazhab-mazhab dan aliran. Sifat dari Moderasi Beragama itu mengajak dengan cara yang baik, mengayomi, bila ada pihak-pihak yang ekstrem. Ketika ada sebuah golongan yang bersikap ekstrim, maka golongan tersebut harus didekati dan berupaya dengan cara-cara yang baik untuk mengembalikannya ke jalan tengah atau itu, perlu juga dipahami bahwa antara budaya dan agama sudah seharusnya tidak dibenturkan, karena manifestasi agama dalam dunia nyata itu ada pada budaya. Budaya itu seringkali lebih dahulu ada dibandingkan Agama. Tidak hanya itu, antara nasionalisme dengan agama juga tidak boleh dipertentangkan karena hanya akan menimbulkan kegaduhan. Indonesia sendiri lahir dari sebuah konsensus elemen-elemen bangsa, salah satunya adalah golongan menarik lainnya, Moderasi Beragama juga tidak serta merta kemudian menjadikan kita menjadikan semua agama itu benar. Ada bagian internum dan eksternum. Keimanan dalam diri merupakan dari setiap pemeluk agama yang merupakan bagian internum itu harus diperkuat, setiap orang Indonesia harus menjadi orang yang religius. Sedangkan bagian eksternum adalah ketika pemeluk agama tersebut mengamalkan keimanannya yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya itu memerlukan toleransi. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya 76% found this document useful 21 votes43K views2 pagesOriginal TitleTeks Pidato Toleransi Antar Umat © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?76% found this document useful 21 votes43K views2 pagesTeks Pidato Toleransi Antar Umat BeragamaOriginal TitleTeks Pidato Toleransi Antar Umat to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.